Selasa, 20 September 2011

In Her Shoes



Bukan Karena Judulnya yang pake "her" jadinya tulisan ini tentang cewek, definetely not, ini tentang kutipan-kutipan obrolan saya dengan seorang teman yang menurut saya menarik. 

Manusia itu adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain, klo di kuliah saya ada istilah comunicare ergo sum, saya berkomunikasi maka saya ada. Manusia itu mahluk yang unik, punya jutaan cara untuk berkomunikasi, makanya kita kaya akan bahasa. Well, cukup buat intermezo. 

Terkadang kita selalu memposisikan diri kita dalam sudut pandang diri kita, bahkan terhadap masalah kita dengan orang lain, atau masalah orang lain. Sebagai contoh, klo kita diserempet dijalan otomatis kita bakalan misuh-misuh gaka karuan, bawa-bawa kebun binatang, dan sumpah serapah, karena kita memposisikan diri kita sebagai korban, sebagai orang yang dirugikan. Mind set kita adalah sesuatu yang menimpa kita, terutama yang tidak kita inginkan adalah negatif. Mungkin sekali-kali kita mencoba membayangkan ada di posisi si penyerempet, mungkin dia gak liat ada kita, dia buru-buru karena ada yang sakit, atau apalah kepentingan yang dia punya. Dengan begitu kita setidaknya bisa memahami orang lain dengan lebih baik. 

Ada kalanya manusia itu punya pikiran yang nyeleneh. Dari jutaan manusia yang ada di bumi mungkin 1:100.000 yang punya pemikiran yang sama. Penting juga  buat kita untuk memposisikan diri kita dari sudut pandang orang lain, atau istilahnya "Put yourself in her shoes" rasakan apa dia rasakan, pikirkan apa yang mungkin  dia pikirkan, mungkin itu awal mula adanya tenggang rasa (ini kenapa kayak PPKn).

Actually we need this, to figure out what other see,hear,feel,touch. Because world not revolves on us rite. Menjadi dewasa adalah menjadi orang yang bisa mengerti orang lain, bukan hanya aku..aku..aku..dan aku. Tapi aku dan mereka, aku jika jadi mereka.

Tidak ada komentar: