Selasa, 15 November 2011

A letter to You

Dear someone who has been my everything,.
Berhubung sulitnya saya menghubungi kamu, dan menjelaskan beberapa hal, so this is the last thing i thought
Belakangan ini saya bener-bener merasa hidup saya ini kayak drama, yah istilah kerennya kayak sinetron. Seorang cewek manis yang berantem sama pacarnya waktu LDR dan tiba-tiba putus, galau, nangis gak jelas, kerjaan kacau. Yah galau-galau kayak di sinetron aja gitu. Liat ujan jadi mellow, jalan sendirian tiba-tiba sedih. What the hell, kayak kehilangan diri saya aja. Well, sebenernya ini konyol banget buat saya sendiri, hey i'm 22 and act like teenagers. Berantem diem-dieman, wll actually saya berusaha mengajak kamu berbicara setelah saya marah. Saya itu hanya butuh di bujuk, bukan diam, bukan menghindar.

Mungkin memang sih saya klo ngomong itu kadang keras, kasar atau seenaknya. Tapi coba deh di pikir, saya bisa semarah itu kenapa. Coba kamu posisiin diri kamu di tempat saya, saat saya membutuhkan respon, jawaban, tanggapan lebih lagi komitmen tapi lawan bicara saya cuma diem aja. Apalagi cuma sama telpon, saya juga gak tau kmu ngedengerin atau gak. Sebenernya saya gak mau sih, berlaku kayak gini. Tapi saya juga gak mau diperlakuin kayak gini.

Tidak direspon, mencoba memperbaiki pun tidak mendapat respon. Bahkan dengan baik-baik saya mengajak berbicara pun tidak mendapat respon. Saya itu cuma butuh kepastian, mau kamu apa, klo kamu masih butuh waktu untuk berpikir kan bisa bilang sama saya, bilang kamu masih butuh waktu sendiri, masih butuh  untuk tidak diganggu. Saya akan lebih menghargai dan mengerti, itu pasti. Karena waktu saya mencoba menghubungi kamu itu saya dalam keadaan baik-baik saja.

Tapi sekarang, saya sudah menyerah. Sudah lelah, menghadapi kamu yang seperti itu. Mengingikuti cara kamu yang membingungkan dan menyakiti saya. Waktu ditanya tentang apakah saya sayang sama kamu? Oh ya itu jelas, saya selalu memikirkan kita, membela kamu, mensupport kamu. Berusaha tidak menekan tentang masalah yang kemarin ada, tapi berusaha dengan cara yang lain.

Maaf kalau usaha saya itu cuma bisa sampai di sini. Jujur aja ini juga menyakitkan buat saya, terutama karena ternyata cuma kayak gini. Tidak ada usaha apapun, mengingat sulitnya untuk bersama terlebih mempertahankan kebersamaan. Ya sudahlah, kita berhubungan baik sebelumnya, karena  ubungan ini sudah berakhir mari kita kembali seperti semula. Berteman baik. Semoga kita bisa meraih cita-cita masing-masing dengan cara kita sendiri. Terima kasih untuk 1 tahun 3 bulannya. Tapi ini keputusan final saya, saya tidak akan berubah pikiran atau mundur lagi.

Mari kita sama-sama move on. Dan menemukan mereka yang lebih pas untuk kita masing-masing. Dan saya tetap menyayangi kamu, nanti ada saatnya sayang itu hilang dengan sendirinya, tapi mungkin tidak dalam waktu dekat. Dan mungkin sakit ini juga akan sembuh dengan sendirinya. Thank you.


Love

Apriliani Laras Shinta

1 komentar:

zulfa aulia mengatakan...

ternyata begini toh ceritanya, baru tau...
pantes twitter lo gitu2 smua. sorry to hear that. tapi kalo boleh advice, jangan ambil keputusan ketika kalian tidak bertatap muka. tau apa obatnya untuk menyembuhkan diam?? ketemu.

u are my friend, both. and i hope you both gonna be okay, SOON. be nice there ya cantik...
^^